assalamualaikum.....

Selamat datang di taman hati mumtaz, semoga blog ini bermanfaat bagi yang membacanya.....

Sunday, November 20, 2011

Yuuuk ajari anak bersikap sportif

Maunya berkompetisi tapi tak bisa menerima kekalahan. Mengajarkan sikap sportif bukanlah sia-sia.

Balita 5 tahun hobi betul main bola, boardgame, lomba lari, lomba makan kerupuk dan sabagainya. Jika menang, senangnya bukan main. Bagaimana anak-anak usia ini menghadapi kekahalan?

Mengabaikan aturan. Sampai umur 6 tahun, anak-anak belum benar-benar dapat menerima kekalahan dan bersifat sportif. Mereka memilih mengabaikan aturan daripada menerima risiko kalah. Padahal mereka sudah memahami aturan main. Ini karena balita 5 tahun masih memiliki perasaan sebagai pusat dunia (egosentris). Anak merasa seharusnya ia yang memenangkan setiap lomba. Tak heran jika anak masih sulit menerima kekalahan.

Karenanya, yang paling bijaksana adalah puji balita 5 tahun untuk ikut bermain atau bertanding. Daripada bertanya siapa yang memenangkan pertandingan, lebih baik menekankan seberapa keras anak berusaha atau berlatih sebelumnya. Atau bagaimana senangnya dapat bermain atau berlomba bersama teman-teman.

Kalah-menang, biasa. Namun, bukan berarti sia-sia jika Anda mengajarkan sportivitas. Balita belajar dengan cara memperhatikan apa yang terjadi di lingkungannya. Jika Anda secara konsisten sportif pada setiap permainan atau pertandingan, serta tidak menunjukkan sikap mau menang sendiri, anak pun mengikuti jejak Anda

Tak perlu pula membesar-besarkan sebuah kemenangan, tapi tunjukkan bahwa yang penting Anda telah berusaha, dan lebih menekankan pada sisi kebersamaan serta fun dibandingkan sekedar menang atau kalah.

Beri penghargaan. Jangan lupa pula, hargai setiap upaya maupun pencapaiannya. Dukungan Anda pada setiap kegiatannya meningkatkan rasa percaya dirinya. Pada saatnya ia tidak lagi merasa terancam jika kalah dari orang lain.

Jika ini terjadi, sedikit demi sedikit Anda giring si kecil untuk berani mengakui kekalahannya secara sportif pada setiap kompetisi. Di saat inilah anak berani berkompetisi dalam arti sebenarnya.

No comments:

Post a Comment