assalamualaikum.....

Selamat datang di taman hati mumtaz, semoga blog ini bermanfaat bagi yang membacanya.....

Sunday, December 25, 2011

Berkaca pada air...


Sudahkah anda minum air putih hari ini? Dari delapan gelas yang dianjurkan ahli kesehatan, sudah berapa gelas yang anda teguk? Jangan sepelekan masalah minum air putih ini. Jika lebih sedikt dari yang dianjurkan, salah –salah organ tubih anda akan berontak dengan ekspresi rasa sakit dimana-mana.
                Oh, air, sadarkah kita betapa berartinya ia? Makhluk manapun tidak akan lama bertahan hidup tanpa air. Tak heran banyak pihak yang menobatkan air sebagai sumber kehidupan. Sayangnya penghargaan kita terhadap air masih sangat kurang. Kita tak sayang menggunakan air berlebihan dari keperluan karena mudah mendapatkannya, padahal dalam berwudhu saja islam menganjurkan kita untuk menghemat air.
                Namun air tak pernah minta penghargaan kita. Ia malah menambah manfaat dirinya dengan pelajaran lain yang sangat luar biasa. Ya, perjalanan hidup bagi mereka yang mau mengubah kualitas dirinya.
Kebenaran akan bertahan lama
                “Allah telah menurunkan air (hujan) dari langit, maka mengalirlah air dilembah-lembah menurut ukurannya, maka arus itu membawa buih yang mengambang... Demikian allah membuat perumpamaan (bagi) yang benar dan yang bathil. Adapun buih itu akan hilang sebagai sesuatu yang tak ada harganya....” (QS Ar Ra’d : 17)
                Allah memberi perumpamaan yang hak dan yang bathil dengan air dan buihnya. Air murni diibaratkan sebagai yang hak, akan terus mengalir melintasi medan dan rintangannya menuju ke laut. Itulah kebenaran, ia mungkin sering terdesak tapi tidak pernah bisa dihentikan. Sedangkan buih dianalogikan sebagai kebathilan yang akan hilang lenyap sebelum mencapai apapun, karena kebathilan itu rapuh.
Fokus dan Ulet
                Air yang tampak lemah, ternyata mampu melubangi batu. Ia membuktikan bahwa pekerjaan yang mustahil sekalipun, akan berhasil dilakukan jika dikerjakan dengan kesabaran dan kontinyu.
                Air yang mengalir dari pegunungan terus turun kemuara juga hanya fokus mencapai satu tujuan, yaitu laut. Diperjalanan ia berbenturan dengan batu, pasir, daun-daunan, reranting pepohonan dan segala benda alam lainnya yang ternyata tak membuat fokusnya berubah, ia tetap ulet menuju laut. Jika kita terapkan prinsip fokus dan ulet ini, maka tujuan yang palinga sulit pun pasti bisa kita capai.
Menebar dan Meninggalkan Manfaat
                Dimanapun ia mengalir, air selalu menambah kelangsungan hidup bagi apapun. Bagi manusia, tanaman atau binatang, semua tumbuh dengan adanya air. Ini menginspirasi kita untuk selalu memberi manfaat bagi sekeliling, terlepas dari apakah orang lain mengapresiasi atau tidak, manfaat tak boleh berkurang.
                Setelah melewati sebuah benda, air pun akan meninggalkan jejak basah. Jejak ini mengingatkan kita agar kebaikan yang kita tebar tidak hanya terasa disaat kita ada. Idealnya ketika kita tiadapun jejak kebaikan itu masih bisa dirasakan oleh orang lain.
                “...Adapun yang memberi manfaat kepada manusia, maka ia tetap dibumi. Demikianlah allah membuat perumpamaan-perumpamaan.” (QS Ar Ra’d : 17)
Bergerak Agar Berkualitas, Diam Menjadi Penyakit
                Air mengjarkan pentingnya mengikuti dan melakukan perubahan. Ia terus bergerak, berubah menyesuaikan diri dengan tempat yang dilewatinya. Pergerakannya yang konsisten membuatnya tetap jernih, tidak berbau dan menyegarkan.
                Sebaliknya, air yang menggenang, tidak mengalir, dan statis, akan berubah warnanya, mengeruh, menguning, lalu menghitam. Bermacam-macam kuman hidup dan berkembang biak, mengeluarkan bau tak sedap, dan akhirnya menjadi sumber segala penyakit dan tempat berkembang biak nyamuk pembawa wabah.
                Sejalan dengan karakter manusia, bagi siapa yang terus melakukan perubahan maka pengalaman hidupnya akan makin terasah dan berkualitas. Sedangkan yang enggan merubah diri, penyakit dan kegagalan akan terus bertambah tumbuh didalam diri kita.
                “Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan yang lain,” (Al Insyirah : 7)
Tetap Butuh Lingkungan yang Kondusif
                Bahwa airpun mempunyai potensi  merusak jika debitnya tidak terkendali atau ‘pasrah’ saja ketika masuk ketempat yang tercemar, ini juga merupakan hikmah allah yang luar biasa. Artinya, Betapapun banyaknya kebaikan yang dimiliki, kita tidak mungkin shaleh sendirian. Harus ada lingkungan kondusif yang mampu menjaga keshalehan kita. Karena air tak mungkin mengancam dan tercemar jika tanpa andil campurtangan manusia yang merusak lingkungan, wallahua’lam